Kamis, 31 Maret 2011

Membenahi Halaman About Me

Jika blog anda merupakan blog pribadi, anda dapat “menunjukkan” siapa diri anda dan apa saja kapabilitas anda. Tidak jarang “proyek” datang karena hal ini.Halaman about yang baik membuat blog menjadi lebih dipercaya karena pengunjung dapat mengetahui siapa yang berada dibelakang konten yang dipublikasikanMenunjukkan dengan jelas siapa diri anda mendekatkan anda dengan pembaca blog anda

Sama seperti blog post, tidak ada aturan yang saklek mengenai aturan menulis halaman about page. Namun, ada beberapa hal yang yang jika dicantumkan akan membuat halaman about anda lebih baik:


Picture speaks thousand words. Yap, gambar berbicara banyak dan mendekatkan kita secara emosional. Untuk niche blog, anda bisa mencantumkan logo blog anda. Untuk personal blog, anda bisa menggunakan gambar diri anda yang kasual: tidak perlu formal tapi tetap menampilkan kesan yang hendak anda bangun.


Yap, perkenalkan siapa anda, dan blog anda. Menceritakan latar belakang diri anda juga bagus. Sesuaikan dengan tujuan anda membuat blog: jika untuk portfolio, pikirkan apa saja yang akan anda perkenalkan kepada calon klien / investor anda. Jika blog anda untuk suka-suka, cantumkan apa yang akan anda katakan pada saat berkenalan dengan teman baru. Akan lebih baik jika anda mencantumkan apa saja yang dibahas di blog anda dan apa yang menjadi tujuan blog anda. Intinya adalah, cantumkan apa yang orang lain ingin ketahui dari anda atau apa yang anda ingin orang lain ketahui mengenai anda / blog anda (seperti kelebihan blog anda, dll) – dalam batasan – batasan sewajarnya tentunya.


Sebagai panduan dasar, anda bisa mengikuti item-item ini:

Siapa anda / blog andaLatar belakang anda / blog andaAlasan dan tujuan blog / andaKelebihan anda / blog andaApa yang anda harapkan dari blog andaBagaimana pembaca bisa keep in touch dengan anda

Jika blog anda ditulis / dikelola oleh lebih dari satu blogger, memperkenalkan setiap penulis adalah ide yang bagus.


Pikirkan apa yang anda ingin pembaca anda lakukan setelah selesai membaca mengenai indentitas anda dan blog anda. Ingin pembaca men-subscribe RSS anda? Cantumkan alaman RSS di akhir halaman about. Ingin pembaca mengetahui afiliasi anda? Cantumkan afiliasi-afiliasi anda! Ingin pembaca mengikuti anda di twitter? Cantumkan username twitter anda!


Oke, sekarang giliran anda. Apa saja yang anda cantumkan dalam halaman about blog anda?


View the original article here

Minggu, 27 Maret 2011

Menelaah Trend Lifestreaming

Konten yang diunggah ke web oleh netizen menyebar di penjuru-penjuru layanan web karena keterbatasan satu layanan web yang hanya menggarap satu bidang tertentu. Bagaimana dengan menyatukan / mengagregasikan kesemuanya menjadi satu? Manifestasi akan kebutuhan inilah yang kemudian akan dikenal sebagai lifestreaming.


Seorang netizen bisa jadi menulis blog di WordPress, membuat tumbleblog berisi catatan-catatan kecil/foto di posterous, dan bercengkrama secara realtime di twitter. Di waktu senggangnya, ia juga mengunggah slide presentasi dari catatan kuliah / konsep-konsep tempat kerjanya di slideshare, mengunggah foto kesehariannya di flickr dan menyimpan artikel-artikel keren yang ditemukannya di delicious.


Secara lebih spesifik, seperti yang dikutip oleh ReadWriteWeb dari Paul McFedries di WordSpy (The Word Lover’s guide to new words), lifestreaming didefinisikan sebagai:



An online record of a person’s daily activities, either via direct video feed or via aggregating the person’s online content such as blog posts, social network updates, and online photos.


Rekaman daring aktifitas keseharian seseorang, baik melalui pengumpan video langsung atau mengagregasikan konten online seseorang seperti blog post, status jejaring sosial atau foto online.


Sementara itu, Lifestreaming didefinisikan di wikipedia sebagai:



a time-ordered stream of documents that functions as a diary of your electronic life; every document you create and every document other people send you is stored in your lifestream.


Lifestreams are also referred to as social activity streams or social streams.


Aliran dokumen yang disusun berdasarkan kronologis waktu yang berfungsi sebagai buku harian dari aktifitas elektronik dari setiap dokumen yang anda ciptakan dan setiap dokumen yang orang lain kirim untuk anda untuk disimpan di lifestream anda.


Lifestream juga mengacu kepada aliran aktifitas sosial atau aliran sosial.


Dari dua definisi diatas, dapat kita simpulkan bahwa Lifestreaming setidaknya mengacu kepada dua hal:

Pada skala kecil, lifestreaming mengacu kepada catatan (log) aktifitas keseharian yang dipublikasikan secara onlinePada skala yang lebih besar, lifestreaming mengacu kepada pengagregasian (agregasi, sederhananya, bermakna mengumpulkan konten dari berbagai sumber) konten seorang user (dapat berupa blog post, tweet, foto, video, dokumen, slide, dll) yang tersebar di berbagai media sosial kedalam satu stream.

Saya pribadi tidak pernah terlalu memperhatikan mengenai lifestreaming-thing ini hingga saya menyaksikan episode ke-10 dari NotSoGeeky yang menginterview Steve Rubel, Director of Insight for Edelman Digital. Dalam Interview tersebut Steve mengungkapkan bahwa blogger kini lebih sedikit ngeblog dan lebih banyak mempublikasikan konten dalam bentuk stream – entah dalam bentuk lifestream kecil (sekedar update status di stream twitter / facebook) atau dalam stream besar (aktif di berbagai media sosial yang kemudian diagregasikan ke satu “stream utama” seperti stream facebook yang dapat mengimport konten dari RSS atau layanan media sosial lainnya.)


Beberapa tahun lalu, saat blog masih satu-satunya media untuk mengekspresikan diri secara online, berbondong-bondong orang membuat blog – yang bermakna, IMO, blogging itu sendiri merupakan lifestreaming. Sekarang masyarakat memiliki lebih banyak opsi dalam lifestreaming: melalui microblog, tumbleblog, berbagai media sosial, atau aktif di berbagai media sosial dan lalu diagregasi di “lifestream utama”.


Seperti yang sudah saya ungkapkan diatas, jika berbicara dalam level konsep, blogging itu sendiri sebenarnya merupakan lifestreaming (stream dengan satuan informasi yang besar dan lebih jarang). Status update di berbagai jejaring sosial juga merupakan lifestream (stream dengan satuan informasi yang pendek dan lebih deras). Jadi jika secara aktif meng-update status atau ngetweet, you already have your own lifestreaming (dalam skala kecil). Tapi jika yang anda cari adalah lifestreaming dalam skala yang lebih besar (mengagregasikan berbagai konten sosial media anda), anda bisa mengikuti berbagai tips ini:


Mengoptimalkan facebook. Setiap media sosial saat ini umumnya sudah memiliki fitur “import to facebook”. Saya menggunakan fitur ini untuk tumblr dan blogpost (menggunakan facebook notes) saya. Setiap kali saya mempublikasikan konten di blog / tumblr, konten tersebut secara otomatis diagregasikan ke facebook.Menggunakan layanan media sosial lifestreaming alternatif. Terdapat berbagai layanan web yang memfokuskan diri untuk mengagregasi konten personal berbagai media sosial. Let’s say Friendfeed, Soup, dll. Untuk lebih jelas mengenai hal ini, anda bisa membaca post 5 layanan lifestreaming alternatif yang ditulis Fandy di bloggingly.


Jika anda menginginkan kontrol penuh atas lifestream anda, anda bisa menggunakan lifestreaming CMS yang di host di server anda. Salah satu contohnya adalah sweetcron yang pernah diulas di bloggingly. See sweetcron in action di lifestreamnya Chris Coyier (CSS-Tricks.com) dan Neofreko (NavinoT.com). Jika anda tertarik untuk menggunakan Sweetcron, Chris Coyier sudah menulis tutorial mengenai pemanfaatan Sweetcron di Nettuts.Sekarang, apa yang anda pikirkan mengenai Lifestreaming? Apakah ada yang saya lewatkan? Silahkan berbagi pemikiran anda melalui kolom komentar 


View the original article here

Jumat, 25 Maret 2011

Menelaah Trend Tumblelogging

Seperti iPad yang mengisi ruang kosong antara iPhone dan MacBook, Tumbleblog mengisi ruang diantara blog dan microblog. Blogging terasa terlalu memakan waktu sementara ada ide-ide yang tidak dapat diekspresikan melalui 140 karakter-nya microblogging. Disinilah tumbleblog hadir: bentuk yang lebih pendek dari blogging namun mengakomodir hal-hal yang tidak di support secara native oleh microblogging seperti photo, video, dll.


Contoh nyata yang dari tumbleblog dapat dilihat di banyak tumbleblog yang terdapat di tumblr (FYI, tidak semua blog yang dihost di tumblr merupakan tumbleblog). Post yang dikategorikan berdasarkan jenisnya (text, quotation, photo, audio, video, dll) dengan panjang post yang sangat pendek. Mungkin hanya satu dua kalimat / paragraf, seringkali berbentuk satu foto dengan caption-nya saja.


Realtimeness & effectiveness. Sudah bukan rahasia lagi bahwa perkembangan web mengarah ke mobile web. Dari arah konsumsi konten, mobile web berarti “tampilkan se-compact mungkin”. Sementara dari arah produksi konten, mobile web berarti realtimeness (bisa dilakukan dimana saja, saat itu juga) dan seefisien mungkin.


Microblogging mengakomodir aspek produksi dan konsumsi konten di era mobile web secara baik. Sayangnya, media yang diakomodir sangat terbatas, sebatas 140 karakter teks pada platform microblogging paling populer saat ini. Tumbleblog mengakomodir mobile-friendliness namun dengan fungsi yang lebih rich.


Untuk informasi yang lebih komprehensif mengenai trend ini, saya merekomendasikan interview NotSoGeeky dengan Steve Rubel yang mengungkapkan bahwa trend blogging kini mengarah kepada life streaming.


Saya rasa tidak. Seperti radio yang bertahan terhadap “gempuran” televisi, setiap bentuk media memiliki market-nya masing-masing. Diluar segala kelebihan tumbleblog, blog tradisional masih lebih powerfull untuk tulisan panjang komprehensif yang tidak sesuai dengan anatomi tumble blog.


View the original article here

Rabu, 23 Maret 2011

Mengapa Akun Twitter Itu Penting

Meskipun saya bukan pengguna kelas berat twitter yang selalu aktif ngetweet menggunakan UberTwitter 24 jam dalam sehari, saya yakin bahwa di era social dan real time ini memiliki akun twitter itu penting. Pada post sebelumnya saya sudah membahas bahwa tiap media sosial memiliki karakternya masing-masing. Pada post kali ini, saya akan membahas lebih dalam mengenai twitter.


Hal paling pertama dan saya rasa yang paling penting mengenai twitter adalah fungsi sosialnya yang mulai berubah. Akun twitter bukan lagi sekedar akun. Akun twitter adalah identitas. Tahun 2008 zamannya saya mulai ngeblog, seorang blogger akan menautkan suatu tautan ke blog personal seseorang jika ia ingin memberi tahu pembacanya mengenai seseorang. Sekarang blogger relatif lebih memilih menautkan tautannya ke username twitter yang bersangkutan.


Lebih mudah memberitahu akun twitter daripada URL blog. Memberi tahu alamat blog masih perlu menyebutkan http:// atau www. dan Top Level Domain sementara memberitahu username twitter tinggal menyebutkan @username.Mengapa tidak akun facebook yang menjadi identitas? Karena ribet, informasinya lebih personal dan tidak semua orang tahu bahwa facebook bisa dibuat simple username.Buktinya? Dari pemimpin dunia, selebritis hingga acara televisi punya akun twitter. Dengan memiliki akun twitter, anda memiliki saluran komunikasi secara langsung dengan banyak orang, termasuk expert di industri anda – meskipun belum berlaku di semua industri dan semua hal sih. Well, saya tidak perlu menjelaskan lagi apa manfaatnya kan? 


Agak kontradiktif dengan post saya sebelumnya mengenai karakter-karakter media sosial, namun perlu dipahami lebih lanjut bahwa maksud dari kekurang-searchable-an twitter adalah pada konten yang sangat dibatasi oleh 140 karakternya. Ide anda yang tumpah ruah di twitter agak sulit dicari karena karakternya terbatas dan terpisah-pisah, berbeda dengan sebuah blog post. Tapi jika berbicara mengenai identitas, lain cerita. Twitter sudah sangat searchable.


Kita ambil satu contoh netizen yang cukup aktif. Oke, saya saja deh. Jika anda googling nama saya (Fikri Rasyid), hasil pencarian pertama muncul adalah blog personal saya yang beralamat persis seperti nama saya. Hasil pencarian kedua? Akun twitter saya. Lengkap dengan latest real time result mengenai Fikri Rasyid yang kebanyakan muncul dari tweet saya.


Poin pentingnya adalah twitter sudah menjadi semakin penting hari ini, terutama jika anda adalah orang yang menggunakan media sosial untuk memenuhi kebutuhan anda -seperti memberitahu dunia apa yang penting untuk anda dan membuat orang lain tahu apa kapabilitas anda- alih-alih sekedar membuang-buang waktu belaka. Jadi jika anda belum memiliki akun twitter, saya sarankan anda segera memilikinya.


View the original article here

Senin, 21 Maret 2011

Menggunakan Media Sosial Sesuai dengan Peruntukannya

Berikut ini adalah bagaimana saya memandang beberapa platform media sosial dan bagaimana saya menggunakannya. Perlu diingat bahwa tidak ada yang absolut di ranah web (bahkan tampilan polos Google saja tidak absolut), sehingga bagaimana saya menggunakan media sosial ini bersifat relatif: silahkan adopsi jika anda merasa cocok dan tidak masalah jika berbeda pandangan – silahkan sampaikan pandangan anda. 


Berdasarkan diskusi yang sangat menarik via twitter dengan @ikhlasulamal, facebook adalah platform untuk membina hubungan. Facebook adalah platform untuk membina relationship dengan orang-orang yang kita kenal secara langsung di dunia nyata. Saya ulangi: dengan siapa yang kita kenal langsung di dunia nyata. Saya rasa inilah yang mendasari hubungan antar user di Facebook yang membutuhkan approval – untuk menjamin bahwa siapa yang terhubung dengan kita adalah orang-orang yang benar-benar kita kenal dan bukan alay yang meng-add anda karena profile picture anda terlihat kece dan agar jumlah teman di friendlistnya jadi banyak.Implikasi dari pandangan saya diatas:

Pembicaraan saya di facebook lebih pribadi; Dengan jokes-jokes yang konteksnya mungkin hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang mengenal saya secara langsung. Conversationnya lebih personal.Hanya teman-teman yang saya kenal secara langsung yang ada di friendlist saya.Friend request dari orang yang tidak saya kenal secara langsung langsung saya ignoreFacebook adalah platform yang saya gunakan untuk menjaga hubungan dengan orang-orang yang saya kenal secara langsung.

Itu konsep dasarnya, pada prakteknya saya juga menggunakan photo application yang saya rasa sangat powerful sebagai default photo sharing saya untuk berbagi foto pada satu event dengan teman-teman saya. Lalu dikarenakan penetrasi facebook yang sangat tinggi dibandingkan twitter, banyak juga orang yang tidak saya kenal secara langsung memilih untuk berhubungan dengan saya via facebook. Untuk keperluan itu, saya membuat facebook page saya sendiri *berasa artis*.


Masih berdasarkan diskusi yang sangat menarik dengan @ikhlasulamal, twitter berbeda dengan facebook. Jika facebook dikembangkan untuk membina hubungan, twitter dikembangkan untuk melakukan “pembicaraan” atau “conversation”. Hal ini berdampak pada tidak perlunya kita mengumbar data pribadi di twitter: kita tidak perlu bio lengkap, nama asli, atau informasi esensial mengenai social graph kita. Hubungan antar user pun tidak memerlukan approval dan cukup di dasarkan hubungan “follow” dimana orang yang difollow tidak perlu memfollow balik jika dia rasa tidak perlu. Seperti obrolan ringan di angkot atau kedai kopi favorit anda: anda tidak perlu tahu siapa yang berbicara, apa latar belakangnya, atau apakah dia lajang atau duda: selama pembicaraannya menarik, lanjutkan saja.


Jika facebook adalah mengenai dengan siapa anda sekolah, twitter adalah mengenai dengan siapa anda ingin bersekolahPembicaraan di twitter bukan lagi pembicaraan personalSaya tidak menutup “tweet” saya dengan protected tweet. Apa esensinya kalau begitu?Facebook adalah mengenai apa yang saya ingin teman-teman saya ketahui tentang saya; Twitter adalah mengenai apa yang saya ingin dunia ketahui tentang saya. More professional discourse is tweeted in twitter instead in facebook.Twitter app di handphone selalu menyala. Kadang-kadang ada yang menawarkan pekerjaan via direct message. Your twitter username is your social identity.


Oke, jika twitter dan facebook memfasilitasi saya untuk “berbicara” baik kepada dunia dan teman-teman dekat, apalagi gunanya blog? Mengapa masih ngeblog?Saya belum terlalu update dengan kabar terbaru seputar social search yang dikembangkan Google dan mesin pencari lain, tapi saya yakin kebanyakan orang-orang awam (seperti calon klien, calon partner atau bahkan calon mertua – kecuali kalau calon-calon nya geek pembaca setia DailySocial :p ) tidak akan tahu benda asing bernama social search. Jika mereka cukup tanggap terhadap teknologi, hal paling canggih yang saya asumsikan akan mereka lakukan adalah mengakses Google search / kolom search di Facebook dan mengetikan nama saya disana.


Di halaman pertama pasti terdapat akun facebook saya – namun mereka tidak akan bisa mengakses informasi personal karena privacy setting yang saya gunakan. Akun twitter juga akan nampak, namun tidak terlalu banyak pemikiran saya (yang bercampur dengan conversation – tentunya) yang dapat “ditangkap” melalui medium 140 karakter atau kurang yang jumlahnya berhalaman-halaman itu. Heck, this is why i need blog. Specifically, blogs.


Membuat blog pribadi dengan alamat namasaya.com (dalam kasus saya, fikrirasyid.com). Mengapa menggunakan nama asli langsung? Pertama agar orang tahu bahwa itu asli, kedua agar tampak baik di ranking Google Search, ketiga karena alamat blog adalah brand saya (itulah mengapa saya menggunakan .com alih-alih ngekos di free blog service).Hal-hal yang saya bahas di blog pribadi adalah hal-hal yang sifatnya merupakan interest saya, namun bermanfaat jika saya share dengan orang awam / publik.Untuk hal-hal yang sifatnya interest utama dan berpotensi menjadi karir, saya lebih pilih membuat satu niche blog lain. Sebenarnya digabung dengan personal blog pun bisa, namun saya lebih pilih membuat niche blog tambahan karena disatu titik tertentu (jika blognya menjadi terkenal dan membutuhkan perhatian ekstra) dapat dilakukan pendelegasian tanpa perlu canggung.


Saya tidak terlalu aktif di media sosial lain, tapi saya memiliki akun di media sosial lain karena kebutuhan yang bersifat “musiman” (musiman untuk saya, tentunya – belum tentu musiman untuk anda) yang kerap kali ada:YouTube untuk mempublikasikan videoSlideshare untuk mempublikasikan slide presentasi (btw, yang ini a-must-have jika anda seorang professional / guru / pelajar)Scribd untuk mempublikasikan dokumenGoogle Account untuk webmail client dan collaborative working dengan dokumenYahoo Account untuk berjaga-jaga dikala gmail bermasalah. Well, saya tidak terlalu aktif di berbagai service Yahoo sih.Oke, itu tadi bagaimana saya menggunakan media sosial. Bagaimana dengan anda? Bagaimana anda menggunakan media sosial? Silahkan berbagi di kolom komentar 


View the original article here

Kamis, 17 Maret 2011

Tips untuk meningkatkan subscriber blog

Subscriber dari sebuah blog bisa menjadi parameter kualitas suatu blog. Jumlah subscriber yang tinggi menandakan bahwa si blog tersebut mempunya pembaca setia yang banyak. Otomatis pasti mendatangkan traffic yang tinggi bagi blog tersebut di luar hitungan visitor yang sekedar datang dan membaca saja tanpa menjadi subscriber. Keuntungan apa yang diperoleh darinya? Tentu saja banyak manfaat yang bisa diperoleh baik bagi si empunya blog maupun si pembaca yang setia.


Saya rasa anda para blogger yang sudah lama ngeblog pasti sudah sering membaca tips-tips untuk meningkatkan jumlah subscriber anda. Nah disini saya mencoba untuk berbagi tips bagaimana cara untuk meningkatkan jumlah subscriber blog anda.


Inti dari sebuah blog adalah kontennya. Walaupun disain tampilan sudah menjadi perhatian dari para pembaca, namun tanpa konten yang bagus maka tidaklah ada keuntungan yang diberikan kepada pembaca. Blog adalah penyampaian pesan dua arah kepada pembaca, jadi tambahkanlah sedikit hal personal ke dalam konten blog anda agar pembaca mendapat feeling blognya. Berikan pembaca konten yang bernilai dan berarti agar terbentuk komunikasi yang baik dengan pembaca. Dari sinilah pembaca yang setia bisa anda peroleh.


Jika sudah memiliki konten yang baik maka buatlah semudah mungkin agar pembaca bisa berlangganan feed anda. Bisa dengan icon feed yang besar dan mencolok di halaman utama atau disela-sela setiap halaman post. Tujuannya tak lain agar pembaca yang sudah tertarik tak susah untuk belangganan. Sebab sangat tidak diharapkan ketika pembaca sudah tertarik dengan konten blog tapi ketika mencari cara untuk berlangganan sangat susah sekali.


Jika perlu buat page khusus didedikasikan untuk berlangganan feed anda ketika sang pembaca mengklik salah satu link feed. Disana anda bisa menuliskan kata-kata mutiara anda agar pembaca segera berlangganan sebelum berubah pikiran. Promosi itu penting 


Tidak bermaksud untuk riya *halah, tapi dengan menampilkan seberapa banyak jumlah subscriber anda tentu sangat membantu meningkatkan subscriber selanjutnya. Kenapa? Karena dengan jumlah yang di generate dari Feedburner stats misalnya, pembaca bisa melihat seberapa banyak subscriber dari blog tersebut. Diharapkan tercipta pemikiran “Wah kalo subscribernya banyak gini, sepertinya saya juga harus berlangganan feed blog ini nih  ” ketika pembaca melihatnya. Meskipun sedikit lebih baik daripada tidak menampilkannya sama sekali, sebab pembaca bisa mengukur seberapa baiknya konten suatu blog salah satunya dari jumlah subscribernya.


Tidaklah terlalu agresif jika anda meminta para pembaca menjadi subscriber blog anda. Suatu kewajaran bagi anda setelah memberi konten yang bernilai bagi pembaca dan meminta mereka menjadi subscriber blog anda. Misalnya selipkan “Sudahkah anda berlangganan feed Bloggingly? Jika belum klik lah RSS kami” di setiap akhir dari post anda. Atau gunakan plugin seperti WP Greet Box WordPress Plugin jika anda ingin di setiap kali visitor yang datang dari Google, Facebook, Twitter, Stumbleupon, atau referer lainnya akan disapa untuk diminta berlangganan feed blog anda.


Salah satu cara yang paling efektif adalah juga memberi suatu hal yang gratis kepada pembaca. Gratis bukan asal gratis tapi suatu hal yang memberi manfaat bagi pembaca. Misalnya saja dengan kumpulan post yang diubah menjadi e-book dengan topik blogging yang informatif(part of our target  . Atau dengan menawarkan gratisan lainnya seperti theme keren yang customizable(part of our target too), atau report tentang blogging dan lain-lain. Yang penting sesuatu yang gratisan itu berguna dan bermanfaat bagi pembaca.


Jika sudah selanjutnya berikan yang terbaik dari blog anda kepada pembaca dan tunggu saja hasil yang baik pula akan datang tanpa di duga 


View the original article here

Jumat, 04 Maret 2011

Menyikapi Copy Paste Konten Blog

Sebuah Artikel Tentang Copy Paste yang bagus dan cerdas. Maaf sebelumnya utk mas Fikri..terpaksa saya mempublish ulangtulisan mas fikri..Ini sanat bagus menurut saya, jadi saya publish ulang disini, namun saya tak lupa menyebutkan sumbernya , yaitu disini : http://bloggingly.com/menyikapi-copy-paste-konten-blog/. JIka tak disetujui, saya akan menghaousnya. Mudah2an ada manfaatnya.


Pernahkah anda mendapati tulisan anda di copy oleh seseorang lalu di publikasikan tanpa izin di blog lain? Saya tahu perasaan anda: kesal, marah dan murka bercampur menjadi satu mengingat banyaknya waktu dan perhatian yang anda curahkan untuk membuat tulisan tersebut yang lalu dicopy-paste oleh orang lain tanpa izin.


Penjarahan intelektual dengan cara mengcopy paste konten blog tanpa izin bukan barang baru lagi di blogosphere. Saya tahu betapa menyebalkannya di-copypaste, mengingat sudah seringkali tulisan-tulisan saya (baik di bloggingly atau di blog lain) di publikasikan ulang di berbagai blog tanpa izin.


Pendapat saya, setidaknya ada dua penyebab mengapa hal ini terjadi:

Yang pertama adalah ketidaktahuan. Jangan salah, masih banyak orang yang menyangka bahwa semua yang tersedia di internet itu “gratis” dan “dapat digunakan semau mereka”. Salahkan keterbatasan penyebaran informasi dan edukasi di dunia.Yang kedua adalah kesengajaan. Sederhana saja: berapa banyak dari anda yang tahu bahwa menggunakan OS bajakan itu salah dan tetap melakukannya? Bagaimana pola pikir anda? “aah, siapa juga sih yang mempermasalahkan…?”, huh?

Apapun alasannya, kemudahan mengolah informasi secara digital memang mempermudah copy paste tulisan terjadi. Jangankan tulisan, software yang rumit saja bisa dan banyak dibajak. Menyikapi hal ini, ada dua opsi yang tersedia: mencaci maki dan menyalahkan dunia, atau menyadari bahwa dunia (dan budaya serta perilaku manusia) memang sudah berubah.


Setidaknya, anda memiliki dua opsi: memproteksi atau “melepaskan” konten anda.


Yang saya maksud dengan memproteksi konten adalah melakukan segala daya dan upaya untuk menjaga konten ada agar tidak bisa di-copypaste (meskipun secara teknis saya merasa hal tersebut mustahil – seperti hacking, selalu saja ada cara).


Ada beberapa cara yang dapat anda upayakan seperti mendisable klik kanan dengan memasang sedikit kode JavaScript (untuk mencegah klik kanan copy & paste) di blog anda, membubuhkan watermark pada tiap gambar / foto, mengatur agar RSS Feed anda dipublikasikan secara parsial untuk menghindari publikasi ulang RSS Feed, dll.


Sedangkan yang saya maksud dengan “melepaskan” konten anda adalah dengan tidak melakukan upaya-upaya diatas. Malahan, lakukan hal yang sebaliknya: permudah orang lain dalam membaca tulisan anda. Mensubmit blog ke agregator, merilis tulisan RSS Feed secara penuh, Mengizinkan orang lain mempublikasikan ulang tulisan anda tanpa perlu meminta izin terlebih dahulu, dll.


Saya tahu hal ini terdengar baru untuk anda. “Gila, gue udah susah-susah nulis masa orang boleh publish ulang semaunya?“. Oke, ini mungkin agak “nyeleneh”, tapi saya rasa anda perlu membaca wacana mengenai uncopyright and minimalist mindset: mengizinkan siapapun menggunakan apa yang anda tulis. Konsep ini saya pertama ketahui dari Leo Babauta, seorang blogger asal kepulauan Guam (sekarang dia pindah ke San Fransisco) yang mengaplikasikan uncopyright dan membuat blognya zenhabits.net menjadi sangat populer dalam waktu kurang dari 3 tahun.


Sekarang masuk ke dalam ke bagian yang lebih praktikal dan personal: bagaimana saya menyikapi copy paste?


Oke, saya harus katakan ini: saya tidak (atau mungkin, belum) se”liberal” Leo Babauta dan uncopyrightnya, tapi saya sudah tidak terlalu memperdulikan lagi para pelaku copy paste.


Pertama kali tulisan saya di copy paste, saya menulis “komentar pedas” di artikel saya yang di-copy paste, meminta yang empunya blog setidaknya menautkan link ke artikel asli. Lama kelamaan, orang yang melakukan copy paste semakin banyak (sekarang sudah jarang lagi sih) dan saya mulai menyadari bahwa hal ini membuang-buang waktu saya. Daripada saya menggunakan waktu saya untuk mengurusi artikel saya yang di-copypaste, lebih baik saya fokus menggunakan waktu saya utuk membuat artikel yang lebih bermutu.


Ingat ini:



orang bisa saja meng-copypaste tulisan anda, tapi mereka tidak akan bisa mencuri integritas dan pengetahuan yang anda dapatkan karena proses penulisan artikel yang anda lalui.


Berangkat dari keyakinan tersebut, saya sekarang tidak terlalu memusingkan diri saya dengan masalah copy paste. Namun, saya melakukan beberapa “trik” sederhana terhadap tulisan-tulisan saya:

Karena saya tidak suka di copypaste, saya tidak pernah meng-copypaste tulisan orang lain. Ingat peraturan emasnya? Perlakukan orang lain seperti anda ingin diperlakukan.Menulis dengan bahasa yang “saya banget”. Sehingga orang akan tahu bahwa itu tulisan saya. (pada prakteknya akan sangat sulit sih, jadi, tulis saja!)Menyelipkan link ke artikel-artikel saya yang relevan (jika ada). Sehingga jika di-copypaste dan dipublikasikan di blog lain pun, setidaknya anda mendapatkan backlink. Lumayan untuk search engine indexing :D Jika ada gambar yang berupa ilustrasi, bubuhkan watermark

Yap, itu saja sih yang saya lakukan untuk mengatasi copy paste. Bagaimana dengan anda? Apa pendapat anda dan apa yang anda lakukan untuk menangani copy paste?


View the original article here